Anggapan batuk sebagai repons alami tubuh terhadap gangguan virus, bakteri, dan iritasi adalah pengetahuan yang cukup umum. Namun, ketika datang ke dunia alergi, batuk bisa menjadi gejala yang membingungkan. Ternyata, ciri batuk karena alergi susu sapi memang beda dengan infeksi.
Memang sekilas terlihat mirip dengan gejala infeksi pernapasan akibat virus atau bakteri influenza, namun batuk yang timbul karena alergi susu sapi tentunya tidak bisa sembuh dengan pengobatan seperti itu. Penyebab batuk yang berbeda tentu perlu penanganan dan indikasi yang berbeda pula.
Daftar Isi
Mengapa Alergi Susu Sapi Menyebabkan Batuk?
Alergi susu sapi bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh salah mengenali protein dalam susu sapi sebagai ancaman. Kondisi tersebut membuat tubuh merespons dengan memproduksi antibodi imunoglobulin E (IgE). Senyawa antibodi tersebut bertugas untuk menetralkan protein tersebut.
Ketika imunoglobulin E (IgE) terbentuk, tubuh dapat mengalami reaksi alergi yang bervariasi, mulai dari gatal, mata berair, batuk, dan lain sebagainya. Gejala tersebut bisa terjadi karena selama proses itu berlangsung, sistem kekebalan tubuh melepaskan histamin sebagai cara untuk merilis alergen.
Pelepasan Histamin dalam Tubuh
Saat tubuh merasakan alergi, histamin secara otomatis akan meningkatkan aliran darah pada area yang terkena alergen. Kondisi ini bisa menyebabkan peradangan, sehingga sistem kekebalan tubuh berusaha memperbaiki masalah yang ada. Efek ini bisa membuat reaksi berantai pada organ lain.
Contohnya, jika alergi timbul karena susu sapi, histamin akan mendorong produksi lebih banyak lendir hingga mencoba menyempitkan saluran pernapasan. Kondisi ini bisa menyebabkan pilek dan bersin, lendir juga mampu mengganggu tenggorokan sehingga menimbulkan batuk dan gejala lain yang sejenis.
Ciri Batuk karena Alergi Susu Sapi
Karena berbeda penyebab, tentunya ciri batuk karena alergi susu sapi berbeda dengan batuk yang timbul karena infeksi virus dan bakteri. Sebaiknya, jika memang diketahui penyebabnya adalah susu sapi, agar segera menjauhi atau menggantinya dengan alternatif yang lebih baik dan lebih aman.
Hal ini pernah dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan dalam acara virtual gathering Bicara Gizi yang bertajuk Allergy Prevention. Perbedaan mendasar yang harus diperhatikan adalah muncul atau tidaknya demam, kapan waktu munculnya, hingga bagaimana jenis warna dahak dan ingusnya.
Batuk karena Infeksi
Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan mengatakan, jika batuk timbul bersama dengan demam, bisa jadi batuk tersebut timbul karena infeksi virus dan bakteri. Ciri tersebut bisa diperkuat jika gejala batuk dan pileknya muncul pada pagi dan malam hari, lalu warna dahak dan ingus juga cenderung kental hingga berwarna kuning.
Batuk karena Alergi
Berbeda dengan batuk karena infeksi, ciri batuk karena alergi susu sapi biasanya muncul tanpa adanya demam. Kejadian batuk dan pileknya juga biasa muncul pada malam hari. Dahak dan ingus yang muncul juga cenderung lebih bening dan tidak berwarna. Tentu saja, jenis batuk ini muncul karena adanya paparan alergen, seperti susu sapi.
Cara Mengatasi Batuk karena Alergi Susu Sapi
1. Hindari Olahan Susu Sapi
Produk berbahan dasar susu sapi masih mengandung molekul protein susu sapi walau dalam jumlah lebih sedikit. Namun, walau jumlahnya sedikit, produk olahan susu sapi masih berpotensi menyebabkan alergi. Produknya seperti keju, roti susu, yoghurt, kefir, es krim susu, dan lainnya.
2. Mengganti Susu Sapi
Susu adalah asupan nutrisi yang penting, namun jika menyebabkan alergi, mau tidak mau kita harus mencari solusi lain yang lebih baik dan aman. Salah satu alternatifnya adalah susu kambing, susu ini memiliki profil nutrisi yang mirip dengan susu sapi, namun dengan kecernaan yang lebih nyaman.
Susu kambing memiliki molekul protein yang lebih sederhana, namun dengan kadar yang lebih tinggi daripada susu sapi. Molekul protein yang lebih sederhana ini membuat susu kambing lebih ramah untuk penderita alergi, meminimalkan reaksi hipersensitivitas terhadap protein susu sapi.
Susu kambing juga terbukti bagus untuk pencernaan. Di dalamnya terdapat prebiotik yang menjadi makanan alami bagi bakteri baik di dalam usus. Kandungan gula laktosanya juga cenderung sedikit, sehingga tidak menimbulkan rasa mual, muntah, dan kembung pada sebagian penderita intoleransi laktosa.