Dalam sepekan ini, polusi udara menjadi berita yang sedang panas dibicarakan. Berawal dari unggahan video di sosial media, netizen mencoba menggambarkan kondisi ibu kota yang terlihat sangat berkabut pada siang hari. Sejumlah pengguna bahkan membandingkan keadaan ibu kota saat ini dengan kondisi selama PPKM beberapa bulan lalu.
Kasus ISPA Meningkat karena Polusi?
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, kasus ISPA non-pneumonia di wilayah Jabodetabek pada rentang 29 Agustus hingga 6 September 2023 mencapai 90.546 kasus. Tren kenaikan tersebut baru terjadi pada awal pekan September 2023. Tercatat pada 3 September 2023, dilaporkan ada 4.759 kasus, jumlahnya terus meningkat hingga 16.074 kasus pada 5 September 2023.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Iman Pambudi saat dihubungi oleh wartawan pada 9 September 2023 bahkan mengatakan, dari 90.546 kasus ISPA yang terjadi, 55% terjadi pada usia produktif. Sementara kelompok usia lain, 14% terjadi pada balita, 14% pada anak, dan 8% lainnya terjadi pada lansia.
“Banyaknya kasus ISPA yang ditemukan pada usia produktif bisa terjadi karena kelompok usia tersebut masih banyak beraktivitas di luar ruangan. Di lain sisi, kesadaran untuk melindungi diri dari dampak polusi juga belum optimal.”Imran Pambudi
Lebih lanjut, Imran Pambudi mengatakan bahwa kenaikan kasus ISPA di masyarakat memang sejalan dengan tren indeks kualitas udara yang semakin buruk. Saat parameter polutan PM 2.5 menunjukkan kenaikan indeks, kasus ISPA juga dilaporkan turut meningkat. Untuk itu, Imran Pambudi menyarankan masyarakat agar selalu mengecek dan mengantisipasi kualitas udara.
Melindungi Diri dari ISPA
Feni Fitriani Taufik, seorang staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyampaikan, kesadaran masyarakat akan gejala yang terkait dengan pernapasan perlu ditingkatkan. Mengingat polusi udara yang terjadi belum juga terkendali. Umumnya, gejala batuk, pilek, dan demam yang menjadi ciri ISPA bisa sembuh sendiri setelah 3-5 hari.
“Namun, dengan pajanan polusi yang cukup besar dan terjadi terus-menerus, penyakit-penyakit tersebut sulit untuk bisa sembuh sendiri. Karena itu, jika gejala batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, atau pusing tidak kunjung sembuh, segera periksa ke fasilitas kesehatan agar tidak semakin memburuk.”Feni Fitriani Taufik
ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut adalah serangkaian gejala penyakit seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, pusing, dan kadang disertai demam. ISPA bisa terjadi pada tingkatan ringan hingga berat. Jika tidak segera disembuhkan, pada kondisi yang lebih buruk, penderitanya bisa mengalami bronkitis dan radang paru-paru.
Seiring polusi udara yang semakin tinggi dan upaya pengendalian polusi yang belum juga membuahkan hasil, masyarakat harus bisa memperkuat perlindungan dari dampak negatif polusi secara mandiri. Selain memakai masker, upaya perlindungan yang bisa dilakukan adalah dengan memperkuat stamina dan daya tahan tubuh, bisa melalui vitamin atau pola makan sehat.
Untuk mengatasi paparan polutan berlebih, cobalah untuk mengurangi aktivitas luar ruangan, gunakan penyaring udara, dan tutup jendela dengan rapat untuk menghindari udara luar yang kotor. Terakhir, dukung kesehatan dengan sajian Susu Kambing Merapi yang salah satu khasiatnya adalah menjaga kesehatan sistem pernapasan.