Merawat Tulang, Sendi, dan Otot Sejak Dini untuk Investasi Kesehatan di Masa Tua

Menjaga Tulang, Sendi, dan Otot Sejak Dini untuk Investasi Kesehatan di Masa Tua

Dibanding organ tubuh lainnya, tulang, sendi, dan otot kerap kurang mendapat perhatian lebih. Padahal organ-organ ini patut masuk dalam prioritas yang harus tetap terjaga. Bila satu dari ketiga organ tersebut bermasalah, sudah dipastikan tubuh akan kesulitan untuk bergerak dengan bebas.

Tulang, sendi, dan otot adalah sistem muskuloskeletal yang bisa membuat tubuh bergerak bebas, seperti berjalan, berlari, membungkuk, menoleh, dan lainnya. Selain sebagai sistem gerak, ketiga organ itu turut berperan dalam mendukung bentuk postur tubuh, menopang berat badan, dan menjaga keseimbangan.

Karena punya peran penting, sudah seharusnya kita mulai menjaga kesehatan tulang, sendi, dan otot sejak dini. Usia 25-30 tahun adalah periode puncak kepadatan tulang terjadi. Setelah menginjak usia 40 tahun, tubuh akan mulai kehilangan kepadatan. Pada saat yang sama, pengeroposan mulai terjadi. Menjaganya sejak dini berarti berinvestasi untuk kesehatan di masa yang akan datang. Namun, bagaimana caranya?

Aktif Gerak, Tubuh Sehat

Gaya hidup aktif adalah salah satu wujud investasi kesehatan di masa depan. Aktif bergerak turut berupaya dalam ikhtiar mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Menurut dr. Riskiyana Sukandhi, M.Kes dalam sebuah kesempatan, 1 dari 4 orang dewasa dan 3 dari 4 remaja berumur 11-17 tahun tidak memenuhi standar aktivitas fisik yang sesuai anjuran. Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada 2018, hampir 34% masyarakat kurang akvititas fisik.

Aktivitas fisik sangat erat kaitannya dengan kebugaran tubuh. Orang yang rutin beraktivitas fisik dengan cukup, kebugaran tubuhnya juga naik. Hal ini menjadi penting, apalagi gaya hidup zaman sekarang, remaja disibukkan dengan gadget dan segala permainan online yang membuat tubuh malas bergerak. Tidak hanya itu, aktivitas orang dewasa di pekerjaan turut membuatnya jarang beraktivitas fisik.

Jika tidak dibiasakan dengan aktivitas fisik, ditakutkan gaya hidup tersebut akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, osteoporosis, hingga gangguan jantung. Sebenarnya, pemerintah Indonesia sendiri telah memulai Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) sejak 2017. Gerakan tersebut mendorong masyarakat supaya rutin beraktivitas fisik dan menerapkan pola hidup sehat serta pola makan seimbang.

Menurut dr. Bagus Putu Putra, Sp.PD-KR dalam sebuah kesempatan, lansia dengan usia lebih dari 60 tahun yang aktif secara fisik punya risiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular, kanker, prostat, patah tulang, cacat, dan keterbatasan fungsional serta penurunan kognitif. Maka dari itu, kita harus selalu aktif melakukan aktivitas fisik sejak dini, sebagai investasi agar tulang, otot, dan sendi terjaga kepadatannya dan tetap optimal sampai masa tua.

Nutrisi Tepat, Tulang Sehat

Seperti penjelasan sebelumnya, periode puncak kepadatan tulang terjadi pada usia 25-30 tahun. Setelah menginjak 40 tahun, tubuh akan mulai kehilangan kepadatan tulangnya. Pada masa itu, pengeroposan tulang mulai terjadi. Nah, untuk menjaga kesehatan tulang wajib dilakukan pemberian nutrisi penunjang yang tepat sebelum menginjak usia 40 tahun. Nutrisi yang seperti apa?

Menurut WHO, 50% kasus patah tulang terjadi karena osteoporosis. Kalsium, fosfor, dan vitamin D adalah nutrisi utama dalam menjaga kesehatan tulang dan sendi. Kalsium punya peran paling utama dalam menjaga kesehatan tulang. Rata-rata, usia muda hingga 50 tahun butuh setidaknya 1 gram kalsium setiap harinya. Jika kalsium harian tidak terpenuhi, tubuh secara otomatis akan mengambilnya dari tulang. Yang akhirnya, membuat kepadatan tulang berkurang dan menjadi keropos.

Hal itu bisa kapan saja terjadi, termasuk pada usia muda. Seperti kalsium, vitamin D juga sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga tulang dan sendi. Vitamin D punya peran membantu dalam penyerapan kalsium di dalam saluran pencernaan. Karena fungsinya yang penting, kekurangan vitamin D akan mengakibatkan pengeroposan tulang makin cepat. Risiko patah tulang jadi makin besar. Rata-rata, usia muda hingga 50 tahun butuh 400-800 IU vitamin D agar tulang tetap terjaga.

Yang tidak bisa dilupakan pula. Layaknya tulang dan sendi, otot butuh nutrisi. Protein adalah nutrisi yang membantu mempercepat pemulihan otot. Protein akan memperkuat dan membangun massa otot. Fungsi utama protein adalah untuk meregenerasi sel tubuh yang rusak, konsumsi protein yang cukup akan menjaga kesehatan otot secara keseluruhan.

Dalam hal ini, kita bisa mengandalkan Susu Kambing Merapi yang akan memberi nutrisi dari susu kambing yang berkualitas tinggi. Susu kambing terkenal akan kandungan kalsium dan protein yang lebih banyak daripada susu sapi, menjadi alternatif susu sapi yang paling baik untuk penderita alergi susu. Sementara itu, produk ini selain lezat dan nikmat, juga cocok untuk asupan kesehatan tulang, sendi, dan otot. Bisa dibeli melalui toko online resmi Herbal Indo Utama.

Bukan Susu Kambing Biasa

Lebih Berkhasiat

Tidak hanya lezat, Susu Kambing Merapi juga berkhasiat. Beberapa keluhan penyakit terbantu dengan minum Susu Kambing Merapi.