Di dalam perut kita, tepat sebelum pintu masuknya makanan terdapat katup yang disebut dengan sfingter esofagus bagian bawah. Sebuah cincin otot yang normalnya akan menutup segera setelah makanan melewatinya. Namun, dalam beberapa kasus, sfingter esofagus tidak dapat menutup dengan sempurna, atau bisa jadi sering terbuka.
Kasus tersebut membuat asam yang dibuat oleh lambung kita bisa bergerak naik sewaktu-sewaktu melewati kerongkongan. Tanda asam lambung naik adalah sensasi heartburn dan terbakar di dada, atau gejala lain seperti rasa asam dan pahit di mulut, sering bersendawa, perut sakit, mual, sakit pada bagian ulu hati, hingga pada kasus yang sedikit terjadi sesak napas.
Daftar Isi
Penyebab Asam Lambung
Dilansir dari WebMD, penyebab umum asam lambung adalah kelainan perut bernama hernia hiatus. Ini bisa terjadi ketika perut bagian atas dan sfingter esofagus bergerak di atas diafragma, yaitu otot pemisah perut dan dada. Normalnya, diafragma akan membantu menjaga asam di perut kita. Tapi, karena kelainan ini, asam dapat naik ke kerongkongan dan menyebabkan gejala refluks asam.
Kelainan tersebut bukan satu-satunya penyebab GERD atau asam lambung. Faktor umum lainnya seperti makan berlebihan, berbaring setelah makan, berat badan berlebih, dan makan camilan tepat sebelum tidur juga bisa memicu asam lambung. Kehamilan juga disebut bisa meningkatkan risiko terjadinya GERD.
Dari sisi konsumsi, makanan seperti jeruk, tomat, cokelat, mint, bawang, hingga makanan pedas dan berlemak juga turut berpotensi menyebabkan asam lambung. Selain itu, beberapa minuman seperti alkohol, minuman bersoda, kopi, dan teh juga berpotensi menimbulkan asam lambung. Bahkan juga obat tertentu, seperti aspirin, ibuprofen, obat penenang otot, atau obat tekanan darah.
Mengatasi Asam Lambung & GERD
Tentu saja, gejala yang ditimbulkan oleh asam lambung atau GERD ini membuat kita sangat tidak nyaman. Berkaca dari penyebab asam lambung tersebut, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengobati atau setidaknya meringankan gejala GERD ini tanpa obat, seperti berikut.
1. Porsi dan Waktu Makan
Lambung memerlukan waktu sekitar 15-20 menit untuk memproses makanan yang masuk. Cara ini adalah menggunakan prinsip lebih sedikit makan, namun lebih sering. Pendekatan ini mengajarkan untuk mengubah kebiasaan makan dengan cara mengurangi porsi dalam sekali makan, namun meningkatkan frekuensi jumlah makannya sepanjang hari.
Cara ini dapat mengurangi beban yang ditanggung oleh lambung. Tekanan pada otot sfingter yang lemah pada penderita asam lambung akan diminimalkan. Prinsip ini melibatkan kesadaran untuk berhenti makan sebelum benar-benar kenyang. Dengan ini, akan memberi waktu lambung untuk mencerna makanan tanpa memicu refluks asam.
2. Hindari Pemicu
Seperti penjelasan sebelumnya, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi bisa menjadi faktor pemicu asam lambung dan GERD kambuh. Seperti jeruk, kopi, alkohol, dan bahan lainnya seperti yang sudah dijelaskan. Pantangan ini juga tidak terbatas pada bahan tersebut, makanan lain dengan komposisi dari bahan tersebut juga harus dijauhi terlebih dahulu.
Selain makanan dan minuman, perhatikan juga pakaian dan ikat pinggang yang terlalu ketat. Tekanan terlalu keras pada perut, justru memiliki dampak yang signifikan terhadap keseimbangan tekanan lambung, dorongannya akan membuat otot sfingter bekerja lebih keras dan berpotensi melemah. Pada beberapa kasus, akhirnya dapat memicu terjadinya refluks asam.
3. Posisi Tidur
Menurut dr. Nathania Purnomo, posisi tidur yang terbaik untuk pengidap asam lambung dan GERD adalah posisi kepala yang lebih tinggi daripada kaki. Cara ini bertujuan untuk memanfaatkan gaya gravitasi dalam membantu mencegah refluks asam yang seringnya terjadi saat kita berbaring.
Dalam posisi tidur ini, gaya gravitasi akan mencegah aliran balik asam lambung ke kerongkongan. Ketika kepala berada di atas perut, akan lebih sulit bagi asam lambung untuk naik ke atas. Posisi yang seperti ini akan mengurangi risiko sensasi terbakar di dada dan rasa asam di mulut. Caranya juga cukup mudah, seperti berikut.
- Beri kaki ranjang tidur bagian kepala penyangga, seperti balok atau batu bata.
- Jika tidak, tumpuk lebih banyak bantal pada posisi kepala.
- Beri selisih waktu makan 2-3 jam sebelum tidur.
- Jika tidur siang, bisa dengan kursi agar posisi tegak.
4. Berhenti Merokok
Rokok dan asapnya mengandung banyak zat kimia yang berdampak negatif pada fungsi lambung dan menyebabkan risiko refluks asam. Merokok menyebabkan relaksasi pada otot sfingter lambung yang seharusnya menjaga agar asam tetap di dalam perut. Sensasi yang diberikan rokok ini, akan membuat asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.
Terlebih, asap rokok juga mengandung zat yang dapat menganggu keseimbangan pH dalam tubuh. Merokok akan menyebabkan peningkatan produksi asam lambung. Jika sedang mengalami GERD, maka kegiatan merokok akan membuatnya semakin parah hingga risiko iritasi lanjutan.
Solusi Lezat untuk Asam Lambung
Susu kambing telah lama dikenal sebagai alternatif yang aman untuk penderita asam lambung dan GERD. Karakteristik susu kambing sendiri membuatnya lebih toleran terhadap lambung dibanding produk susu sapi atau susu lainnya. Berbeda dengan produk susu biasanya yang memiliki karakter asam, susu kambing sebaliknya. Salah satunya dengan Susu Kambing Merapi.
Salah satu benefit dari susu kambing yaitu kandungan antasida dan sifat alkalin yang dimiliki. Zat antasida berperan untuk menetralkan kelebihan asam di dalam lambung. Sifat alkalin dalam susu kambing juga bisa mengimbangi tingkat keasaman lambung, sehingga menimbulkan rasa lega pada penderita yang sering mengalami sensasi dada terbakar.
Selain itu, susu kambing diketahui memiliki protein dan lemak yang lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan manusia jika dibandingkan dengan susu sapi. Ini bisa membantu mengurangi tekanan pada lambung dan menghindari pemicu potensial refluks asam. Berbagai manfaat tersebut, membuat susu kambing bagus untuk penderita asam lambung.