Sering Dianggap Sama, Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa Ternyata Kasus yang Berbeda

Sering Dianggap Sama, Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa Ternyata Kasus yang Berbeda

Orang-orang kerap menjauhi produk susu karena mendiagnosis dirinya sendiri menderita intoleransi laktosa atau alergi susu. Sering dikira kasus yang sama, ternyata kedua hal tersebut adalah kasus berbeda. Banyak kebingungan muncul di masyarakat seputar intoleransi laktosa dan alergi susu. Istilah tersebut mungkin terdengar mirip, namun sebenarnya menggambarkan dua masalah pencernaan yang berbeda. Tentunya, dalam menangani dan mengatasinya juga berbeda.

Intoleransi laktosa, disebabkan oleh kekurangan enzim laktase pada usus kecil, enzim tersebut diperlukan untuk memecah laktosa, sebutan untuk zat gula alami yang ditemukan dalam susu dan produk olahannya. Sementara itu, alergi susu adalah gejala yang muncul akibat reaksi tidak nyaman terhadap protein dalam susu, kasus tersebut juga sama dengan alergi pada telur, ikan, hingga bahan makanan lainnya.

Seorang ahli gastroenterologi dari Inggris bernama Amy E. Barto memaparkan, intoleransi laktosa dan alergi susu adalah entitas yang sangat berbeda. Alergi susu biasanya langsung muncul pada awal meminumnya. Sementara itu, intoleransi laktosa adalah kasus yang lebih umum, kemunculannya membutuhkan waktu yang lebih lama, karena susu harus melewati usus kecil terlebih dahulu. Tingkat keparahan intoleransi laktosa juga tergantung faktor jumlah susu yang diminum dan juga jumlah enzim laktase yang dimiliki.

Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu

Berikut perbedaan dan solusi untuk tiap masalah tersebut.

Gejala

Amy E. Barto menjelaskan, intoleransi laktosa bisa karena bawaan keturunan, atau bisa juga disebabkan oleh kerusakan usus kecil yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kasus ini juga cukup umum, dikatakan bahwa 80% hingga 90% orang Afrika-Amerika memiliki intoleransi laktosa ini. Hal itu juga sangat umum ditemui pada orang Asia dan Amerika asli.

Amy E. Barto melanjutkan, penting juga untuk diingat bahwa intoleransi laktosa bisa meningkat seiring bertambahnya usia dan cukup umum terjadi pada lansia. Gejala intoleransi laktosa bisa dirasakan antara 30 menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi susu dan olahannya. Tanda gejalanya, bisa meliputi hal berikut.

  1. Sakit perut.
  2. Begah dan kembung.
  3. Mual dan muntah.
  4. Diare.

Kasus intoleransi laktosa tidak akan ditemukan pada susu nabati, karena bahan nabati tidak mengandung laktosa. Namun, tetap ada kemungkinan bahwa susu nabati, seperti kedelai, almond, dan sejenisnya menyebabkan alergi. Untuk kasus alergi susu, biasanya merujuk ke suatu bahan yang spesifik, seperti susu sapi, atau jenis susu dan bahkan makanan lainnya. Alergi susu paling sering dialami oleh anak-anak, semakin dewasa alergi tersebut bisa berkurang. Reaksi alergi susu bisa muncul hanya dalam beberapa menit atau juga beberapa jam. Gejalanya seperti berikut ini.

  1. Sakit perut.
  2. Mual dan muntah.
  3. Diare.
  4. Ruam kulit.
  5. Bibir atau tenggorokan bengkak.
  6. Kesulitan bernapas.

Diagnosis

Jumlah enzim laktase yang terdapat pada usus kecil akan mempengaruhi jumlah laktosa yang bisa dicerna oleh tubuh. Laktosa yang tidak tercerna ini akan menghasilkan gas yang menyebabkan beberapa gejala intoleransi laktosa yang disebutkan sebelumnya. Jika tubuh masih bisa menerima sedikit jumlah susu tanpa ada gejala, bisa saja seseorang menderita intoleransi laktosa.

Berbeda dengan kasus intoleransi laktosa, alergi susu muncul karena reaksi dari jenis protein yang masuk ke dalam tubuh. Jika tubuh tidak dapat mentoleransi susu walau hanya dengan jumlah yang sedikit, bisa saja seseorang menderita alergi pada jenis susu terkait. Namun tetap saja, diagnosis tersebut hanyalah langkah awal, untuk hasil yang lebih pasti coba tanyakan ke dokter.

Solusi

Penting untuk tetap memastikan asupan kalsium cukup bagi tubuh. Sementara nutrisi lainnya tidak hanya terdapat dalam susu, kalsium adalah mineral yang sebagian besarnya bisa didapatkan dari susu. Jika seseorang menderita intoleransi laktosa, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tetap dapat memasok asupan susu ke dalam tubuh.

  1. Jika konsumsi terlalu banyak susu sapi menyebabkan gejala yang disebutkan, coba kurangi takarannya. Uji seberapa banyak tubuh dapat menerimanya. Dengan catatan, kadar susu yang sedikit membuat nutrisi yang diterima tubuh juga sedikit.
  2. Jika ingin memasok asupan nutrisi yang banyak tanpa mengurangi takaran susu, coba cari alternatif susu yang lebih rendah laktosa. Salah satu alternatif paling populer adalah susu kambing, di dalamnya terdapat laktosa yang lebih rendah daripada susu sapi. Konsumen bisa memilih merek Susu Kambing Merapi.
  3. Susu nabati tidak mengandung laktosa, maka secara teori, bagi orang yang tidak memiliki alergi terhadap bahan nabati tersebut akan bisa mencerna susu nabati dengan baik. Dengan catatan, susu nabati tidak mengandung kalsium dan vitamin secara alami, pada susu olahan pabrik biasanya mineral tersebut ditambahkan sendiri, setiap merek akan memiliki kadar yang berbeda. Baca artikel perbandingan susu nabati dengan susu kambing dan susu sapi.

Sementara itu, untuk kasus alergi susu, biasanya mengacu pada jenis susu tertentu, bisa saja susu sapi atau bahkan susu nabati. Jika seseorang alergi terhadap susu sapi, maka bisa mencari solusi alternatif lainnya seperti susu kambing, atau sebaliknya. Kedua susu tersebut memiliki profil nutrisi yang sama, kelebihan susu kambing adalah molekul lemak dan protein yang lebih kecil, sehingga lebih mudah dicerna oleh sebagian besar orang, bahkan oleh orang yang alergi dengan susu sapi.

Kesimpulan

Ternyata, intoleransi laktosa dan alergi susu adalah dua hal yang berbeda. Intoleransi laktosa terjadi karena kurangnya enzim laktase yang digunakan untuk mencerna laktosa susu hewani. Sementara itu, alergi susu lebih merujuk ke jenis proteinnya. Gejala yang muncul juga sedikit berbeda, intoleransi laktosa dan alergi susu bisa didiagnosis dari pengalaman selama itu meminum susu.

Baik intoleransi laktosa atau alergi susu, konsumen bisa mencoba mengatasinya dengan alternatif lain, seperti susu kambing. Susu kambing memiliki kandungan laktosa yang lebih rendah daripada susu sapi, sebagian besar orang dengan masalah intoleransi laktosa masih bisa mencerna jenis susu ini. Begitu juga dengan alergi, molekul protein dan lemak susu kambing lebih kecil, membuatnya lebih mudah dicerna tubuh. Ragam manfaat tersebut, bisa didapatkan melalui produk Susu Kambing Merapi yang bisa dibeli di toko online Herbal Indo Utama dengan harga terjangkau.

Bukan Susu Kambing Biasa

Lebih Berkhasiat

Tidak hanya lezat, Susu Kambing Merapi juga berkhasiat. Beberapa keluhan penyakit terbantu dengan minum Susu Kambing Merapi.